Untuk mencapai tujuan strategis HCSA dalam mengidentifikasi 5 juta hektar hutan tropis yang terancam oleh deforestasi yang didorong oleh komoditas untuk konservasi pada tahun 2025, Serikat Petani Kelapa Sawit Indonesia (SPKS) dan Sekretariat HCSA bersama dengan Kelompok Kerja Petani (SHWG) telah mengembangkan pendekatan yang mendorong dampak 'di luar batas perkebunan atau konsesi komersial. Salah satu upaya tersebut adalah pengembangan pendekatan HCS-HCV yang disederhanakan untuk petani kecil, yang dapat diterapkan di tingkat masyarakat daripada di tingkat perkebunan atau konsesi. Uji coba kedua dari pendekatan HCS-HCV yang disederhanakan untuk petani kecil telah selesai dan laporannya diserahkan oleh SPKS ke HCSA pada kuartal pertama tahun 2022. Selanjutnya, SPKS, Sekretariat HCSA dan SHWG telah menggunakan laporan uji coba tersebut untuk menyelesaikan Toolkit HCS-HCV Smallholder, dengan target penyelesaian pada awal 2022. Dari uji coba lapangan, terlihat jelas bahwa berdasarkan masukan dari petani itu sendiri, yang terdiri dari komunitas lokal dan masyarakat adat di Kalimantan Barat, Pendekatan HCS-HCV Smallholder harus terdiri dari toolkit HCS-HCV, pedoman pengelolaan dan pemantauan HCS-HCV, dan program Insentif dan Manfaat (I&B), dan diperlakukan sebagai satu paket. Tanpa program I&B yang tertanam dalam lembaga desa, konservasi kawasan HCS-HCV yang teridentifikasi tidak mungkin berhasil. Sebagai bagian dari hibah Waterloo, sejak pertengahan 2022 SPKS memulai pengembangan dan uji coba penerapan insentif dan manfaat, termasuk mekanisme pembiayaan, untuk konservasi hutan SKT dan kawasan HCV dengan petani kecil yang berkomitmen untuk tidak melakukan deforestasi dan menerapkan HCS Sederhana - Pendekatan HCV untuk petani kecil di Kalimantan Barat, Indonesia.
Download