Klaim pengusaha bahwa meningkatnya harga TBS menyejah- terakan petani pekebun sawit perlu dibantah. Demikian pula klaim mereka yang mengatakan bahwa industri biodie- sel membantu petani pekebun perlu dikoreksi. Pada masa pandemi Covid-19, harga TBS memang naik, tetapi apakah yang diterima petani pekebun adalah harga tanpa potongan? Kita tahu petani pekebun menjual TBS ke agen dengan harga yang lebih rendah dari harga pemerintah. Selain itu, pendapatan yang terpotong itu juga harus dihadapkan dengan biaya produksi yang tinggi. Apalagi sela- ma pandemi beban ekonomi kian bertambah. Maka, bagaimana bisa ada yang mengatakan bahwa di masa pandemi petani pekebun sejahtera? Selama ini, apakah persoalan fundamental petani pekebun, yang tidak terkait dengan kondisi pandemi, sudah terselesaikan?
Di tengah persolan laten yang tidak terselesaikan itu, pemerin- tah, melalui BPDPKS, bukannya memihak petani pekebun sawit, malah memberikan karpet merah dengan menghamburkan uang untuk industri biodiesel. Semua orang bertanya, apa perlu konglo- merat yang menguasai lahan ribuan hektare itu disubsidi? Ini menjadi miris ketika program kerakyatan seperti Peremajaan Sawit Rakyat, Pengadaan Sarana dan Prasarana, serta Pengembangan Sumber Daya Manusia Petani Pekebun berjalan di tempat. Sudah menerima harga di bawah level penetapan, kondisi petani pekebun kian merana, ketika pemerintah menaikkan pungutan ekspor CPO di tahun 2020 yang tentunya akan direspon oleh potongan harga di level petani pekebun oleh perusahaan.
Kita tidak tahu seperti apa masa depan petani pekebun, khusus- nya mereka yang memiliki luas lahan kecil, di tengah kondisi desa mereka yang kian diekspansi oleh perkebunan skala besar. Diversi- fikasi pendapatan yang minim membuat petani pekebun sawit ren- tan mengalami tekanan serius, ketika krisis terjadi yang tidak hanya hadir melalui bencana seperti pandemi, tetapi juga bencana alam lainnya. Maka di tengah berbagai persoalan laten petani pekebun selama ini dan berkaca dari pengalaman pandemi Covid-19, hal-hal apa saja yang perlu diantisipasi pemerintah? Tentu secara garis besar, kita dapat mengatakan bahwa negara perlu turun tangan un- tuk mengimbangi penetrasi pasar yang sudah terlalu jauh mengin- tervensi “tubuh” petani pekebun.
Kajian yang berjudul “Praktik Eksklusi dan Strategi Petani Sawit Rakyat di Tengah Pandemi Covid-19” ini ingin menjawab bahwa persoalan pendapatan dan apalagi kesejahteraan petani pekebun tidak sesederhana pembacaan statistik mengenai kenaikan harga TBS atau keberadaan kebijakan Presiden terkait industri biodiesel. Ada begitu banyak hal laten yang belum terselesaikan dan menun- jukkan betapa tinggi pula ketidakberpihakan negara terhadap petani pekebun sawit yang semakin gamblang ditampakkan di masa krisis seperti pandemi ini. Apakah negara dan pasar sejatinya sudah tidak bisa dibedakan lagi? Kajian sederhana ini barangkali dapat memberikan jawaban bagi pertanyaan seperti itu. Selamat menikmati.