SPKS SPKS Selenggarakan Pelatihan Bagi Pelatih Sawit Lestari “Pengelolaan Perkebunan Rakyat Dalam Produksi Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan”>
Kerja SPKS

SPKS Selenggarakan Pelatihan Bagi Pelatih Sawit Lestari “Pengelolaan Perkebunan Rakyat Dalam Produksi Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan”

Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kemampuan petani kelapa sawit dalam mengimplementasikan praktik pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, SPKS berinisiatif mencetak para Pelatih Sawit Lestari yang bertujuan untuk membantu menyebarkan ilmu dan pengetahuan tentang budidaya perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan.

Dengan tema Pengelolaan Perkebunan Rakyat Dalam Produksi Kelapa Sawit Yang   Berkelanjutan, SPKS menyelenggarakan kegiatan Pelatihan bagi Pelatih Sawit Lestari untuk anggota SPKS di Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel My Home, Jl. Lintas Melawi, Kabupaten Sintang, dilakukan selama tiga (3) hari ini (13-15 Desember 2016) memiliki tujuan memberikan pemahaman kepada Calon Pelatih Sawit Lestari (PSL) yang akan melatih petani sawit swadaya di Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau tentang perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan standar pengelolaan kebun yang baik.

Para Pelatih Sawit Lestari yang memberikan pelatihan terdiri dari para expert yakni Hartono dari INSTIPER Yogyakarta, Ukus Suryana dari FASDA Sawit Lestari-Penyuluh pertanian B4KKP Kabupaten Sintang, Swisto Uwin dan Nevi Dewi Saraswati Sustainability Palm Oil Department of SPKS.

Beberapa materi pelatihan yang disampaikan para expert yakni tentang prinsip kelapa sawit berkelanjutan (RSPO dan ISPO), perencanaan bangun kebun, pemilihan lokasi dan areal konservasi (HCV), persiapan dan pembukaan lahan budidaya, bibit dan pembibitan kelapa sawit, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan TBM dan TM, pemupukan TBM dan TM, manajemen panen dan transportasi, pengendalian hama dan penyakit kelapa sawit, metode fasilitasi pelatihan serta melakukan observasi, evaluasi, RTL dan komitmen tindak lanjut.

Dalam sambutannya pada pelatihan hari pertama, perwakilan petani baik Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau sangat mengapresiasi kegiatan pelatihan yang dilakukan SPKS dan berharap agar para petani kelapa sawit memperoleh ilmu-ilmu baru dalam pelatihan, bertukar pendapat, serta mempraktekkannya.  

Kegiatan ini juga dihadiri Kadisbun Kabupaten Sintang Bpk. Arif Setia Budi, S.Sos, M.Si. Dalam sambutannya Kadisbun menyampaikan dukungan penuh atas adanya organisasi Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) yang berpartisipasi atas kegiatan-kegiatan yang tujuannya adalah membina para petani, karena menurut penjelasan beliau dari dinas tidak dapat membina secara intensif dari tiap tahap kegiatan petani, salah satunya disebabkan karena anggota yang minim.

Prinsip Kelapa Sawit Berkelanjutan (RSPO&ISPO)

Ditinjau dari luas areal perkebunan dan produksi kelapa sawit di Indonesia selama 14 tahun terakhir meningkat pesat sejak tahun 2000, dari 4,16 juta hektar  sebanyak 7,0 juta ton CPO meningkat menjadi 10,9 juta hektar 29,3 juta ton CPO pada tahun 2014.

Komoditas kelapa sawit memiliki nilai sangat strategis untuk mendukung pembangunan nasional, prime mover pengembangan agribisnis mulai dari hulu hingga ke hilir, penyedia lapangan kerja yang cukup besar dan sumber pendapatan petani serta memiliki peranan besar dalam menghasilkan devisa negara.

Pembangunan perkebunan sawit merupakan interaksi antara berbagai faktor (komponen) yaitu: sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), modal, teknologi dan kelembagaan serta keterampilan manajerial. Antara proyek pembangunan dan lingkungan terkadang tak sejalan, sehingga terjadilah benturan-benturan yang berdampak buruk terhadap manusianya.

Terdapat 3 pilar pembangunan berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Ketika semuanya telah terpenuhi secara baik maka akan terjadi keseimbangan pembangunan, begitu pula pembangunan perkebunan kelapa sawit.

Ada 2 instrumen kelapa sawit berkelanjutan, RSPO dan ISPO. RSPO adalah Inisiatif bisnis yang dibentuk thn 2014 sebuah group multi-stakeholder sepanjang rantai suplai. Mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui penyusunan, penerapan dan verifikasi standard global yang kredibel, yang dikenal sebagai RSPO Principles & Criteria (P&C)‏. Praktek perkebunan yang berpegang pada prinsip-prinsip sustainability memprioritaskan aspek legalitas, lingkungan, dan kelayakan sosial ekonomi jangka panjang.

Sedangkan ISPO merupakan tuntunan/guidance pengembangan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia yang didasarkan kepada peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia, sebagai penjabaran amanat UUD 1945 dan menanggapi tuntutan pasar global. Diterbitkan melalui Permentan No.19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO).  Saat ini diganti menjadi Permentan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015

Selanjutnya untuk memastikan bahwa persyaratan ISPO dan standar RSPO telah diimplementasikan di lapangan secara konsisten, maka ISPO maupun RSPO menyusun sistem sertifikasi untuk memberikan jaminan bahwa produk CPO yang dihasilkan adalah berkelanjutan.  Proses untuk mendapatkan sertifikas yakni dilakukan audit/verifikasi dan sertifikasi oleh pihak ketiga yang independen, serta disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi (LS).

Perencanaan Bangun Kebun

Ketika kita berbicara tentang perencanaan bangun kebun, tentu kita harus mengetahui identifikasi lahan. Setelah identifikasi lahan, kita lakukan pengelolaan bibit hingga tumbuh dan bisa dilakukan kastrasi, seiring pertumbuhannya dilakukan yang namanya weeding, pemupukan, penanaman kacangan sampai lah terjadi yang namanya panen.

Ketika perencanaan itu telah tergambar, lakukan pengecekkan SOP, sebagai landasan kita membangun perkebunan kelapa sawit tersebut. Mengapa SOP, agar perkebunan yang kita bangun dapat bersahabat dengan alam serta lingkungan yang ada.

Pemilihan Lokasi Dan Areal Konservasi (HCV)

Ketika sawit ditanam tidak mengikuti aturan yang ada, maka banyak sekali dampak yang timbul, baik terhadap lingkungan itu sendiri maupun terhadap makhluk hidup yang ada pada lingkungan tersebut. Namun jika pembangunannya berkelanjutan, memperhatikan sosial, lingkungan dan hukum yang berlaku maka akan terdapat banyak dampak positifnya.

Kemudian berbicara tentang Nilai Konservasi Tinggi (NKT), dimana pendekatan konservasi praktis untuk memastikan nilai-nilai kritis di bentang alami dan produksi teridentifikasi, terkelola dan terpantau. Terdapat 6 nilai dasar konservasi tinggi , yaitu :

  1. Kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang penting
  2. Kawasan bentang alam  yang penting bagi dinamika ekologi secara alami
  3. Kawasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam punah
  4. Kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alami
  5. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal
  6. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas local

Adapun proses NKT berawal dari identifikasi, pengelolaan, pemantauan dan konsultasi. Pengelolaan perkebunan rakyat berawal dari identifikasi aktor dengan melihat siapa yang berperan dalam perkebunan kelapa sawit. Kemudian identifikasi NKT, identifikasi ancaman, pengelolaan ancaman, pemantauan dan dokumentasi. Hal-hal tersebut lah yang akan menjadikan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dan melukis senyuman di generasi akan datang.

Persiapan Dan Pembukaan Lahan Budidaya

Prinsip utama yang dikedepankan dalam persiapan lahan bagi perkebunan kelapa sawit adalah “zero burning” , dimana tahapan dalam persiapan lahannya adalah :

Pertama: Penyusunan tata ruang, dilakukan berdasarkan hasil survei kesesuaian lahan dilakukan, adapun cakupan rencana penyusunan tata ruang adalah sebagai berikut:

  1. Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi.
  2. Batas kebun dan batas kerja kontraktor.
  3. Lokasi bibitan.
  4. Outlet drain berdasarkan kondisi lahan (darat, rawa, bukit dan sungai).
  5. Pembagian blok berdasarkan kondisi lahan
  6. Lokasi pemukiman karyawan, kantor, pabrik dan bangunan lainnya.

Kedua: Rintis-Blocking, pada area datar berpedoman pada :

  1. Berdasarkan peta rencana blok, dilakukan kegiatan rintis MR arah Timur – Barat dan CR arah Utara – Selatan dengan menggunakan theodolite
  2. b. Jarak titik pancang antar MR adalah 1.012,25 m dan antar as CR adalah 308,2 m  Lebar blok 301,2 m dan panjang 1.003,25 m. Lebar MR 9 m dan CR 7 m.

Khusus untuk areal berbukit dilakukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum pembuatan jalan dan blockingBlocking ditentukan berdasarkan batas jalan dan luasnya tidak harus 30 ha.

Ketiga: Persiapan Lahan

  • Eks-hutan sekunder mineral
  • Lalang
  • Replanting

Untuk melakukan replanting, haruslah melakukan sensus pohon yang masih hidup, pohon tumbang dan titik kosong dengan menggunakan stiple card, sebagai dasar penentuan harga kontrak.

Bibit Dan Pembibitan Kelapa Sawit

Nursery adalah tempat untuk menumbuhkan kecambah hingga menjadi semai/bibit dan memeliharanya sampai bibit siap ditanam ke areal/lapangan. Tujuannya adalah untuk menyiapkan bibit kelapa sawit sesuai standar dan tepat waktu untuk ditanam ke lapangan. Adapun beberapa hal penting dalam kegiatan pembibitan, yaitu :

  1.  Sistem Pembibitan
  2. Pemilihan Lokasi dan Luas Pembibitan
  3. Bahan Tanaman
  4. Kebutuhan Kecambah
  5. Media Tanam
  6. Tempat Pembibitan Awal

Dalam nursery kita mengenal 2 sistem, yaitu single stage nursery (satu tahap)dimana penanaman kecambah dilakukan langsung di pembibitan utama dan  double stage nursery (dua tahap) yang terdiri dari pre nursery (PN) selama 3 bulan di polybag kecil serta main nursery (MN) 9-12 bulan sampai bibit siap tanam.  Keuntungan menggunakan double stage nursery adalah mudah dalam pengawasan dan pemeliharaan, memiliki waktu untuk mempersiapkan pembibitan utama, dan keterjaminan bibit lebih terjaga karena dilakukan proses seleksi yang ketat.

Dalam memilih lokasi pembibitan hendaklah memilih topografi datar (<15%), punya sumber air dan akses jalan yang baik, serta aman dari gangguan hama, ternak dan manusia. Selain itu areal pembibitan harus = 1 – 1.5 % dari luas areal pertanaman yang direncanakan, perlu memperhitungkan pemakaian jalan dan untuk 1 ha pembibitan diperlukan jalan pengawasan 200 m x 5 m.

Ketika ingin membeli bahan tanaman, belilah dari sumber resmi yang telah bersertifikat. Selanjutnya kebutuhan kecambah = 140 % dari jumlah bibit yang akan ditanam, adapun seleksinya :

  1. Seleksi kecambah                = 2,5 %
  2. Seleksi di pre nursery        = 10 %
  3. Seleksi di main nursery     = 15 %
  4. Cadangan penyisipan         = 5 %
  5. Jml Kecmbah                       = 100/97,5 x 100/90 x 100/85 x 100/95

                                                          = 1,40 x jumlah pohon/ha

Pemesanan kecambah sebaiknya 3 – 6 bulan sebelum pembibitan dimulai dan kecambah yang diterima langsung ditanam (maksimal 3-5 hari setelah penerimaan).

Media tanam yang digunakan adalah tanah (top soil), gembur (dapat ditambah pasir 3:1 jika kurang gembur), bebas dari OPT, diayak (ayakan 2cm) dan menggunakan polybag yang baik dengan ukuran saat PN 20 x 15 cm, tebal 0,10 mm, hitam/putih, berlubang Ø 0,4 cm  serta saat MN 60 x 40 cm, tebal 0,2 mm, hitam, berlubang Ø 0,5 cm.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap Pre Nursery adalah :

  1. Pembuatan Naungan: bebas dari gulma, terbuat dari paranet setinggi ± 2 meter dg Intensitas SM 30 % atau bisa dengan pelepah daun kelapa sawit dan alang-alang. Pengaturan intensitas naungan dari 0-1,5 bulan 100%, 1,5-2,5 bulan 50%, >2,5 bulan naungan dihilangkan bertahap. Tinggi naungan ±2,5m, lebar dan panjang disesuaikan jumlah bibit.
  2. Persiapan Lokasi dan Media Tanam: Lokasi untuk pembibitan kelapa sawit pusat areal (strategis) untuk lokasi penanaman. harus rata, terbuka namun tidak akan terkena banjir erosi serta dekat dengan sumber air dan aman dari gangguan binatang liar. Tanah yang digunakan sebaiknya (top soil) yang gembur, subur, bersih  dari potongan kayu, mengandung bahan organik, bebas dari serangan penyakit terutama ganoderma dan dicampur pupuk Rock Phospate secara merata dengan dosis 500 gr/100 kg tanah.
  3. Pengisian Plastik Baby Bag: ukuran 15 cm  x 20 cm, tebal 0,10 mm, dibuat lubang perforasi sebanyak 18 buah untuk mengatur drainase dengan ukuran lubang ±0,4 cm, jarak antar lobang 7 cm. Pada saat masuk ke polybag, tanah tidak dalam keadaan menggumpal.
  4. Layout Persemaian: Kantong-kantong tanah disusun rapat dan rapi membentuk bedengan dengan muatan 12 kantong melebar dan panjangnya tergantung kepada jumlah bibit per nomor kelompok kategori. Pinggir bedengan diberi palang kayu agar kantong tidak tumbang. Antar bedengan disediakan jalan kontrol ±50 cm. Jumlah kecambah per m2 tidak termasuk jalan kontrol adalah 100 -110 butir dan 1m2 area semai untuk mensuplai 0,5 ha areal pertanaman baru. Setiap bedengan dilengkapi dengan papan nama.
  5. Penyiraman Media Sebelum Penanaman: Seminggu sebelum kecambah ditanam, kantong tanah disiram tiap hari. Baby bag setiap hari disiram sampai jenuh untuk memastikan kebasahan tanah cukup memadai, tetapi harus dihindari jangan sampai air tergenang. Penyiraman di pre nursery dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari 07.00-10.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-18.00 WIB terkecuali jika curah hujan hari tsb minimal 10 mm/hari.
  6. Penanaman Kecambah: Membuat lubang kecambah kedalaman 3cm, memasukkan kecambah ke dalam lubang, menutup dan memadatkan tanah di sekeliling kecambah. Penanaman dilakukan sesuai dengan persilangan/ kelompok benih. Kecambah harus ditanam secara benar, dengan radikula menghadap ke bawah, dan plumula tertutup oleh lapisan tanah. Segera disiram setelah ditanam, serta lakukan administrasi.
  7. Pemeliharaan Pembibitan: Penyiraman 2x sehari sebanyak o,5-2L/polibag, penyiangan (pengendalian gulma) / weeding 2 minggu sekali secara manual, konsolidasi bibit seperti menambah tanah dan menegakkan bibit serta pemupukan urea 2 gram / ltr air untuk 100 bibit dan pupuk majemuk 2,5 gr / polybag seminggu sekali secara merata, tidak menggumpal dan beberapa tidak boleh mengenai pohon/daun.
  8. Seleksi Bibit PN:Menghindari terangkutnya bibit abnormal ke tahap selanjutnya. Bibit abnormal: faktor genetis, kesalahan kultur teknis, atau serangan HPT. Tanaman normal: umur 3 bulan memiliki 3-5 helai daun. Beberapa bibit abnormal di PN, bibit dengan anak daun sempit memanjang, yang pertumbuhannya berputar, yang kerdil, yang anak daunnya bergulung, kusut dan yang ujung daunnya membulat seperti mangkok.

Pada tahap main nursery (MN) dilakukan kegiatan-kegiatan yang sama, hanya terdapat beberapa kegiatan tambahan seperti pembuatan pagar keliling di areal pembibitan, sistem penyiraman yang lebih bervariasi lagi, lubang pada media tanam diberi NPK Mg 15-15-6-4 sebanyak 5 gr, lubang drainase berukuran diameter 0,4 cm sebanyak 80  lubang dengan jarak antar lubang 7 cm, pada lay out pembibitan jarak antar polybag 90 cmx 90 cm x 90 cm segi tiga sama sisi sudah termasuk untuk jaringan irgasi dan jalan kontrol (13.500 bibit/ha).

Selain itu juga ada kegiatan pemberian mulsa untuk mengurangi penguapan. Mulsa diberikan dalam bentuk sisa tanaman atau cangkang sawit atau daun alang-alang. Pemupukan menggunakan pupuk Majemuk NPKMg 15-15-6-4 dan 12-12-17-2. Selanjutnya seleksi bibit dilakukan pada bibit yang abnormal dikarenakan genetis, penyakit ataupun cara pemeliharaan.

Penanaman Kelapa Sawit

Pada areal Non Ganoderma dilakukan sistem chipping, menggunakan excavator yang dilengkapi dengan chipping bucket untuk mencacah batang menjadi bagian kecil sehingga cepat kering dan lapuk. Pelaksanaan sistem ini dilakukan dengan cara membuat pancang untuk menentukan jalur rumpukan dengan perbandingan 2 : 1. Pancang di dalam jalur dipasang setiap 50 m.

Membongkar pohon yang masih tegak sampai ke akarnya dan selanjutnya lubang bonggol ditutup kembali dengan tanah baru kemudian mencacah (chipping) dimulai dari mahkota daun, batang dan bonggol dengan tebal maximum 12 cm dan panjang 60 cm. Hasil chipping disebar merata di gawangan mati minimum 1 meter dari jalur tanam dan dipastikan daun berada dibawah.

Sedangkan pada areal Ganoderma akan direplanting pada 3 tahun kedepan dan perlu perlakuan sebagai berikut :

  • Hanya pokok yang terinfeksi dan tanaman sudah tidak produktif saja yang dibuat perlakuan (tumbang, gali, bajak/plough dan expose).
  • Perlakuan bajak 2 kali, apabila ada ³ 10 titik tanam yang mengelompok (termasuk bonggol yang lama) jika < 10 titik tanam maka cukup digali saja.
  • Ukuran lubang 1x1x1 meter.

“Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat layout MR dan CR, agar arah barisan tanaman dapat dibuat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala.”

1  Pancang Tanam Areal Datar Sampai Berombak

  • Pancang kepala dipasang dengan jarak antar pancang 500 m memanjang blok dan setiap 100 m searah lebar blok.
  • Diantara pancang kepala dipasang anak pancang
  • Jarak antar anak pancang di areal datar sampai berombak ditentukan berdasarkan kerapatan tanamnya
  • Pola tanam segitiga sama sisi.  Kerapatan tanaman per hektar didasarkan pada kondisi lahan dan pola pengelolaan

2  Pancang Tanam Areal Berbukit

  • Pembuatan teras kontur.
  • Jarak horizontal antara teras kontur akan bervariasi tergantung dengan perbedaan lereng (idealnya 9m)
  • Warna pancang dari setiap teras harus berbeda.
  • Apabila jarak antara pancang teras kurang dari 7 m , maka pemancangan untuk pembuatan teras harus dihentikan dan diberi rambu silang
  • Sebaliknya jika jarak antara pancang teras lebih dari 12 m, maka harus dibuat anak teras dengan cara menambah jalur pancang anak teras dengan warna pancang yang berbeda.
  • Perlu dilakukan penyesuaian jarak tanam sepanjang teras kontur  untuk mendapatkan kerapatan tanaman yang merata dan standar,

2. Pancang Tanam Areal Berbukit

  •  Pembuatan Base Line

  • Pembuatan pancang teras (leveling) / contoh ukuran 136pkk/ha

  • Untuk mendapatkan kerapatan tanaman per hektar sesuai standar, maka perlu ditentukan jarak tanam di dalam teras

Contoh cara menghitung jarak tanam, jika jarak base line antar teras = 9 m dan kerapatan pohon yang diinginkan = 136 per ha sbb. :  

                                                         10.000 m2        

                                           1 ha   = ________   = 73,52 m2

                                                                     136 pohon

 

                                                            73,52 m2

Maka jarak tanam dalam teras  = ______   =   8,2 m

                                                                               9 m

Konservasi lahan, berfungsi untuk :

  1. Membantu pertumbuhan,  pemeliharaan dan panen yang efektif.
  2. Meminimalkan erosi dan aliran permukaan.
  3. Meningkatkan infiltrasi air.
  4. Menjaga atau mempertahankan kelembaban tanah.
  5. Mengupayakan agar tanaman memperoleh cahaya yang cukup.

Teras Konservasi

Pada daerah dengan kemiringan 5  – 8 o, teras konservasi dengan lebar 2 m dibuat secara mekanis  dengan jarak antar teras 35 – 50 m. Tapak kuda dengan rorak dapat dibuat secara selektif jika diperlukan.

Teras Kontur

 

 

 

 

Tapak Kuda dengan Rorak

 

 

 

 

Tanaman Konservasi

Tanaman Vetiver atau Guatemala sangat bermanfaat untuk mencegah erosi karena perakaran yang dalam  mencapai 3 m dan struktur perakarannya sangat baik. Guatemala khusus untuk pinggir sungai yang berpotensi erosi. Pengembangan tanaman ini dilakukan dengan membagi rumpun menjadi bagian kecil dan ditanam berjarak 50 cm. Agar perkembangan lebih cepat dilakukan pemangkasan daun setinggi 25 cm setiap 3 bulan.

Penanaman Kacangan

Legume cover crops (LCC) bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma khususnya alang-alang, mengurangi erosi, memperkecil hilangnya hara akibat pencucian serta memperbaiki sifat fisik/kimia tanah. Penanaman kacangan ini harus segera dilakukan setelah pengerjaan pembukan lahan selesai, bukan di area yang terkena banjir serta bebas dari gulma. Jenis tanaman penutup tanah yang biasa digunakan sebagai berikut:

a.       Muccuna bracteata (Mb)

Pola penanaman Mb pada rumpukan 1:2              Pola penanaman Mb pada rumpukan 1:4

        

 

 

 

 

 

 

b.      Calopogonium mucunoides (Cm)

c.       Pueraria javanica (Pj)

Penanaman kelapa sawit dilakukan dengan tahapan :

  • Pembuatan lubang tanam.
  • Pada tanah mineral, tanah top soil dipisahkan ke kiri dansub soil ke kanan.
  • Lubang tanam dapat digeser minimal 1,5 m dalam barisan tanaman.
  • Pada areal rendahan, jika pada lubang tanam masih terdapat genangan air maka harus dikuras sebelum bibit ditanam.
  • Pemberian pupuk dilubang tanam sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
  • Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan terlebih dahulu polybag disobek.
  • Penimbunan lubang tanaman dengan top soil, setelah setengah bagian lubang terisi tanah, lalu dipadatkan pada bagian pinggir polybag.
  • Kemudian lubang diisi penuh dengan tanah dan dipadatkan kembali sampai tinggi tanah timbunan 5 cm di atas permukaan tanah di polybag.
  • Konsolidasi harus dilakukan untuk menegakkan tanaman yang  miring dan menyisip titik tanam yang kosong.
  • Polybag bekas tidak ditinggalkan di lapangan tetapi harus dikumpulkan di tempat yang telah ditentukan yang kemudian di data sebagai administrasi.

Pemeliharaan TBM Dan TM

Pemeliharaan tanaman adalah bagian yang cukup penting untuk memperoleh hasil produksi yang maksimum. Pemeliharan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) yaitu pemeliharaan sebelum panen, dari saat tanam sampe panen pertama. Perihal yang menjadi fokus pada pemeliharaan ini antara lain:

  1. Konsolidasi Tanaman, yaitu kegiatan sensus tanaman yang mati, tumbang atau terserang hama/penyakit. Selain itu menegakkan tanaman yang tampak miring, memadatkan tanah. Sensus pada TBM 1 dilakukan pada umur 2, 6 dan 10 bulan setelah tanam.
  2. Penyisipan Tanaman, yaitu kegiatan mengganti tanaman yang telah mati, hilang atau kemungkinan besar tidak akan berproduksi optimal, adanya bibit jantan dicabut dan diganti dengan bibit baru yang seumur. Sensus dan penyisipan ini untuk memastikan bahwa semua tanaman yang ada produktif.
  3. Pemeliharaan Piringan dan Gawangan, dilakukan dengan pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan pada areal piringan dan gawangan, agar gulma tidak lebih unggul dalam menyerap unsure hara, air dan sinar matahari dibandingkan kelapa sawit. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual seperti ditebas dan dicangkul, dapat pula dilakukan secara kimiawi yaitu dengan herbisida yang bersifat kontak maupun sistemik serta melakukan kultur teknis seperti menanam LCC.
  4. Pembasmian alang-alang
  5. Perawatan piringan
  6. Penunasan/Tunas Pasir
  7. Kastrasi, penting dilakukan pada kelapa sawit agar pertumbuhan buah lebih besar dan seragam serta menghambat serangan hama dan penyakit.

Pemeliharaan TM (Tanaman Menghasilkan), dilakukan dengan tujuan agar menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas maksimal dan biaya produksi serendah mungkin serta mempertahankan produktivitas tinggi secara berkelanjutan dan menjaga perkebunan beserta infrastruktur dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Sensus pohon, pemeliharaan pasar pikul/ jalur panen dan TPH, pemeliharaan piringan, perawatan gawangan, pemangkasan pelepah.

Tanaman harus dipelihara dengan baik selama 25 tahun dan biaya pengelolaan yang baik akan tertutup oleh produktivitas yang tinggi sampai tanaman tersebut tidak produktif dan segera di tanam ulang (replanting).

Pemupukan TBM Dan TM

Pemupukan adalah, penambahan unsur hara bagi tanaman sesuai dengan kebutuhan, yg digunakan utk proses pertumbuhan vegetatif dan generatif agar tanaman dapat berproduksi maksimal. Tujuan pemupukan adalah sebagai nutrisi untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif, produktifitas CPO dan ketahanan tanaman.

Pemupukan pada periode TBM bertujuan untuk membangun kerangka vegetatif tanaman sedangkan pemupukan pada periode TM bertujuan untuk mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang maksimal.

Adapun peranan unsur hara :

  1. Nitrogen, penyusun protein, klorofil, dan berperanan terhadap fotosintesis, kekurangan N dapat menyebabkan daun kuning pucat dan menghambat pertumbuhan tan.
  2. Phosphor, penyusun adp/atp, memperkuat batang, dan merangsang perkembangan akar, memperbaiki mutu buah, kekurangan P sulit dikenali, tan tumbuh kerdil, pelepah memendek, dan batang meruncing.
  3. Kalium, aktivitas stomata, aktivasi enzim, dan sintesa minyak, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit serta jumlah – ukuran tandan. Kekurangan k menyebabkan bercak kuning/ transparan, white stripe, daun tua kering dan mati.
  4. Magnesium, penyusun klorofil, dan berperanan dalam respirasi tanaman maupun pengaktifan enzim. Kekurangan Mg, daun tua berwarna hijau kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, kuning kecoklatan lalu kering.
  5. Cu, pembentukan klorofil, dan katalisator proses fisiologis tanaman kekurangan Cu menyebabkan mid crown chlorosis (mcc) atau peat yellow.  Jaringan klorosis hijau pucat – kekuningan muncul di tengah anak daun muda.  Bercak kuning berkembang di antara jaringan klorosis, daun pendek, kuning pucat, kemudian mati.
  6. Boron, meristimatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein. Kekurangan menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh, dan berwarna hijau gelap. Daun baru memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat rata.

Pemupukan komponen terpenting dalam kultur teknis, karena mempengaruhi pertumbuhan dan produksi komponen pemeliharaan yang terbesar (50-60%). adapun penentuan dosis pupuk berimbang: analisis tanah, sesuai dengan keperluan tanaman: analisis daun, Efektif dan efisien, Pelaksanaan pemupukan tahun sebelumnya serta keadaan dan kultur teknis lainnya.

Dasar pemupukan mengacu pada 4 tepat, waktu yang tepat, jenis yang tepat, dosis yang tepat dan aplikasi yang tepat. Penentuan jenis dan dosis pupuk             ditentukan dari kadar hara tanah dan daun, curah hujan, umur dan kondisi tanaman, produksi, ketersediaan tenaga kerja dan biaya serta ketersediaan di pasar. Cara dalam mengaplikasikan pupuk seperti tebar dipiringan atau pocket (benam). Serta waktu yang tepat adalah pada awal dan akhir musim penghujan dengan curah huajn 100-200mm/bulan.

Manajemen Panen Dan Transportasi

Tanya Jawab

1.      Apakah pupuk dapat dicampur sebelum diberikan?

Jawab : Bisa, namun ada beberapa pupuk yang sifatnya antagonis sehingga tidak bisa dicampur dengan pupuk lainnya. Adapun pupuk yang dapat dicampur biasanya ada penetralnya. Kemudian jika mencampurkan pupuk, ada pupuk yang harus segera diaplikasikan setelah dicampurkan.

2.      Bagaimana cara membuang hama bambu yang tepat?

Jawab: Yang paling tepat adalah dengan mendongkelnya. Namun hal ini dianjurkan bila jumlah hama tersebut tidak banyak atau hanya 1-2 rumpun. Jika ternyata hama bambu tersebut banyak, maka bisa menggunakan alat berat.

3.      Bagaimana pencampuran herbisida kontak dan sistematik, apakah bisa?

Jawab: Bisa jika dalam dosis yang berbeda, dimana yang kontak hanya bisa dicmpur dalam dosis yang sangat kecil, dan dapat digunakan untuk hama yang mengandung lilin

Observasi, Evaluasi, RTL Dan Komitmen Tindak Lanjut

Kegiatan dilakukan di kebun kelapa sawit, para peserta diminta untuk melakukan observasi kebun kelapa sawit yang dimiliki oleh orang yang berbeda. Setelah selesai peserta diminta untuk mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok, dimana dikebun-kebun tersebut didapatkan beberapa hal yang telah di bahas di dua hari sebelumnya. Seperti ada kebun yang terlalu bersih sehingga tidak baik juga untuk keseimbangan penyerapan unsure hara di lingkungan kelapa sawit. Ada pula parit yang tidak dibersihkan sehingga penuh dengan endapan. Daun–daun yang kering dan mati, menguning disebabkan kekurangan dan penyerapan pupuk yang kurang optimal. Penumpukan buah hasil pruning, yang sebaiknya harus dihampar agar tidak mempercepat proses fermentasi.

Para expert juga memperlihatkan secara nyata bagaimana cara menghitung pelepah, menentukan daun yang tepat untuk di cek lab atas kandungannya, memperlihatkan kenampakan dari dampak kekurangan jenis pupuk tertentu.

Setelah masing-masing memaparkan hasil diskusi, moderator memberikan rencana tindak lanjut yang dimulai dari pemilihan ketua kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok Sintang dan Sanggau. Peserta juga akan diikut sertakan dalam pelatihan selanjutnya.

Sumber :

Perkembangan Harga TBS

Berita Harga TBS

Agenda

Agenda Lainnya

Link Terkait

Cerita Petani
Selengkapnya