Warta Ekonomi.co.id, Musi Banyuasin – Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Pemkab Muba) menyatakan diri siap untuk mengembangkan pemberdayaan dan penataan petani swadaya sebagai aktor penting dalam rantai pasok kelapa sawit di Indonesia.
Terkait hal tersebut, anggota dari Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Sabarudin, mengatakan pihaknya siap mendukung komitmen yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Muba. Ia mengatakan SPKS akan mengambil bagian dengan melakukan survei petani sawit swadaya di delapan desa Kecamatan dan Kabupaten Muba.
“Kalau pemerintah daerah sudah memiliki komitmen dalam pemberdayaan petani swadaya mesti didukung karena ini adalah ide yang baik untuk mewujudkan kesejahteraan petani di Indonesia. Harapan SPKS melalui survei sosial ekonomi dan pemetaan kebun petani swadaya bisa digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin untuk mewujudkan komitmen tersebut,” katanya dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Sabarudin mengatakan survei dan pemetaan kebun swadaya dilakukan di delapan desa, yaitu Desa Bandar Agung, Desa Mandala, Desa Sari Sukajadi, Desa Srigading, Desa Mekarsari, Desa Galih Sari, Desa Agung Jaya, serta Desa Bumi Agung.
“Targetnya adalah awal September survei ini akan rampung dan langsung untuk diserahkan kepada pemerintah daerah untuk segera digunakan data tersebut dalam mewujudkan komitmen pemberdayan petani swadaya,” ujarnya.
Ia mengatakan SPKS melihat ada potensi besar untuk petani swadaya di Kecamatan Lalan. Ia menjelaskan bahwa sekarang dari delapan desa ada sekitar 1.000 petani swadaya dengan lahan sawit swadaya 2.500 ha dengan rata-rata produksi 1.200 ton per bulan.
“Dari data tersebut dapat disimpulkan masalah yang paling dihadapi petani adalah masalah produktivitas yang rendah. Banyak faktor yang menyebabkan ini semua mulai dari bibit dan pupuk yang kurang baik sampai pada minimnya pengetahuan petani terhadap pemanfaatan teknologi yang diperlukan oleh petani,” paparnya.
Bahkan, imbuhnya, untuk harga yang diterima oleh petani sangat rendah. Ia menyampaikan bahwa sekarang ini petani hanya menerima harga TBS Rp100/kg dan pada tahun 2015 lalu harga TSB petani sampai Rp250/kg.
“Ini bisa dikatakan harga yang paling rendah di Indonesia,” sebutnya.
Dengan komitmen pemerintah dalam penataan pemberdayaan petani swadaya di Muba, terangnya, pemerintah bisa melakukan penataan dari peningkatan produktivitas petani sampai pada penataan rantai pasok jual petani swadaya. Ia mengatakan harapan utama petani Muba adalah bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan sekitar dalam hal mitra jual beli TBS.
“Komitmen seperti ini juga bisa akan dijadikan contoh oleh daerah lain untuk bisa menata petani swadaya sebagai aktor penting dalam rantai pasok sawit berkelanjutan dan pemberdayaan petani,” pungkasnya.