English
Indonesia
Akhir-akhir ini harga tandan buah segar (TBS) sawit masih saja tertekan, sebaliknya volume ekspor minyak sawit (CPO) terus menguat. Walaupun berfluktuatif.
BACA JUGA : Harga Sawit Rendah, Petani Dipersulit Pungutan Biodisel
Seban itu Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mencoba untuk menganalisa terjadinya penurunan harga buah sawit dari petani. Ketua Umum SPKS, Mansuetus Darto, memantau harga buah sawit pada awal Oktober dari kedua negara produsen minyak sawit dunia yakni, Indonesia dan Malaysia.
Dari catatam Darto, harga TBS di Malaysia tercatat rata-rata mencapai RM 435/ ton. Jika di konversi ke mata uang Rupiah maka sebesar harga buah sawit di Malaysia mencapai Rp. 1.595.486,08/ton TBS.
Sementara harga sawit yang diterima oleh petani di Indonesia pada periode September (sesuai Permentan No, 1 Tahun 2018, perhitungan harga TBS mundur satu bulan) tercatat rata-rata sebesar Rp. 1.385.87/ kg dan jika di konversi ke Ton berarti harganya sekitar Rp. 1.385.870/ton.
Dari perhitungan diatas, catat Darto, jika saja tidak ada pungutan Biodiesel, maka diperkirakan harga TBS di Malaysia dan Indonesia akan sama. “Lantaran dengan adanya pungutan ekspor US$ 50 /ton itu oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sesuai amanat PP 24/2015, telah mengurangi harga sawit petani sebanyak Rp 125/kg,” katanya.
Sayangnya lanjut Darto, harga TBS yang berlaku di Indonesia terbukti tidak selalu sama dengan praktek pembelian di tingkat pabrik dan cendrung dibawah harga penetapan. “Sementara Harga sawit di Malaysia yang diterima petani selalu sama antara ketentuan pemerintah dan praktek dilapangan bagi semua petani pekebun,” terang Darto.
Sebab itu kata Darto, rendahnya harga TBS saat ini, bukan akibat kampanye hitam yang sering disebutkan orang di Indonesia, yang kemudian ada pihak tertentu menyembunyikan praktik buruk penentuan harga sawit di lapangan bagi petani plasma dan Swadaya. (T2)
