JAKARTA - Sebelumnya Pemerintah Indonesia memastikan bahwa manfaat dari program mandatori biodiesel ini mampu meningkatkan produksi sebanyak 3,75 juta KL di tahun 2018, lantas meningkat 6,39 juta KL di 2020 dan 9,6 juta KL di 2020. Pengembangan sektor energi berbasis minyak sawit ini diyakini bisa menghemat devisa sebanyak US$ 1,89 milyar di 2018, sekitar US$ 3,04 milyar di 2019 dan US$ 3,09 milyar di 2020.
Peningkatan nilai tambah dari minyak sawit mentah (CPO )menjadi biodiesel diperkirakan mampu mencapai Rp. 5,78 triliun di 2018, angka in terus meningkat menjadi Rp. 9,54 triliun di 2019 dan Rp. 13,81 triliun di 2020.
“Juga terjadi pertumbuhan lapangan kerja untuk on farm berturut-turut 478.325 petani di tahun 2018, 828.488 petani di 2019 dan 1.198.766 petani di 2020. Sementara untuk penciptaan lapangan kerja di off farm diperkirakan mampu menyerap 3.609 petani di 2018, 6.25 di 2019 dan 9.046 di 2020. Lantas adanya penurunan emisi gas rumah kaca ialah 9,96 juta ton CO2 di tahun 2018, yang meningkat menjadi 16,98 juta ton dan 25,6 juta ton,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, dalam sebuah webinar minyak sawit internasional akhir taun 2020 lalu, dihadiri InfoSAWIT.
Faktanya sederat keuntungan dari pengembangan industri biodiesel nasional tersebut langsung dibantah oleh petani kelapa sawit. Dikatakan Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto, dirinya meragukan data yang disampaikan tersebut, bahkan dengan tegas bahwa program biodiesel B30 ini belum dinikmati oleh petani sawit.
Lantaran, sampai saat ini petani sawit terutama petani sawit swadaya belum terlibat dalam program biodiesel B30, bahan baku program biodiesel saat ini berasal dari kebun-kebun perusahaan sendiri bukan dari kebun-kebun petani swadaya, tidak ada satupun kelembagan petani saat ini yang mensuplai bahan baku kepada perusahan-perusahaan yang memproduksi biodiesel B30 tersebut.
Padahal banyak petani sawit swadaya disekitar perusahan-perusahaan ini, petani-petani sawit swadaya ini justru menjual buahnya kepada tengkulak, loadingram, yang menyebabkan harga sangat rendah diterima oleh petani. “Artinya ini program biodiesel ini belum mampu mensejahterakan petani sawit”, tegas Darto dalam keterangan tertulis, akhir Desember 2020 lalu.
Sumber: info sawit