SPKS Petani Sawit Terancam atas Boikot Sawit Eropa>
Nasional

Petani Sawit Terancam atas Boikot Sawit Eropa

Industri kelapa sawit semakin mendapat ruang sempit dalam pasar Eropa, terlebih lagi, adanya boikot dari Iceland, supermarket asal Inggris dengan alasan untuk melestarikan lingkungan yang dirusak oleh tanaman sawit. Hal ini mendapat tanggapan dari petani kelapa sawit yang menyatakan kekecewaannya karena kebijakan boikot tersebut telah mengancam kehidupan mereka secara langsung.

Mohtar, petani kelapa sawit asal Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat mengaku bingung dengan kebijakan larangan sawit oleh Eropa, sebab menurutnya petani sudah menjalankan segala ketentuan yang ada termasuk memperhatikan lingkungan. “Kita ini kan petani sudah pintar, tahu cara merawat lingkungan dengan standar sertifikasi yang ada, jangan jadikan ini alasan untuk melarang kelapa sawit,” ujarnya kepada The Palm Scribe.

Peran pemerintah dinilai penting terhadap isu ini untuk memperjuangkan kehidupan masyarakat yang sudah banyak tergantung pada komoditi kelapa sawit. “Kita sudah melakukan semuanya yang baik, jangan sampai industri kelapa sawit terus menjadi kambing hitam, pemerintah harus konsisten mengawal isu ini!” tegas Mohtar.

Kritik juga datang dari petani di Malaysia yang mata pencahariannya juga terancam atas kebijakan ini. Seperti dikutip dari The Guardian, Hussain Mohamed seorang petani yang sudah berkecimpung dalam industri kelapa sawit lebih dari 30 tahun marah atas rencana Uni Eropa tersebut. “Saya sudah menginvestasikan seluruh uang untuk menanam sawit dengan kurun waktu 25 tahun kedepan dan keluarga saya bergantung pada ini, sawit adalah sumber pembiayaan biaya edukasi anak anak saya!” ujar Hussein.

Sumarjono Saragih, selaku ketua bidang ketenagakerjaan dari Gabungan Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berpendapat tekanan dari Eropa adalah wajar apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, terlebih sebagian besar produksi sawit dunia berasal dari Indonesia dan Malaysia. “Selama kelapa sawit tidak ada di tanah Eropa, akan selalu ada tekanan untuk Indonesia,” ujar Saragih.

Terkait dengan hal tersebut, Mahendra Siregar selaku direktur dari Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC) berpendapat Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan boikot sawit oleh Eropa, sebab sejak tahun 2017 hanya sebesar 17% produksi sawit Indonesia yang diekspor untuk Eropa. “pasar sawit di Eropa bagi Indonesia sekarang sudah tidak terlalu signifikan lagi, ini mindset yang harus kita tanamkan,” Ujar Mahendra saat ditemui The Palm Scribe.

Sumber :

Perkembangan Harga TBS

Berita Harga TBS

Agenda

Agenda Lainnya

Link Terkait

Cerita Petani
Selengkapnya