Jakarta - Pemerintah terus mendorong pengembangan energi berkelanjutan dan memanfaatkan sumber bahan baku dari dalam negeri guna mengurangi impor minyak yang pada akhirnya mengurangi defisit perdagangan RI. Salah satu sumber energi yang akan terus dikembangkan yakni biofuel yakni bahan bakar minyak berbasis sawit (CPO).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan melanjutkan program biodiesel dengan kandungan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) 30% di dalam solar, lalu meningkatkan hingga B40, mendukung produksi solar berbahan baku CPO 100% atau D100 hingga pengembangan kilang BBM berbasis sawit atau green refinery.
"Terkait energi berkelanjutan, pemerintah akan terus dorong. B30 dilanjutkan, lalu telah dicobanya D100 atau diesel berbasis CPO, dan kami confident melakukan B40 dan kami juga dorong kendaraan listrik," tutur Airlangga dalam "Sarasehan Virtual 100 Ekonom" di CNBC Indonesia, Selasa (15/09/2020).
Airlangga menjelaskan, untuk jangka pendek, pemerintah akan terus melanjutkan program B30 dan menyesuaikan alokasi B30 sesuai penurunan permintaan solar, lalu penerapan dana tambahan pemerintah kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), serta penetapan pungutan ekspor BPDPKS pada setiap level harga.
Untuk jangka menengah, lanjutnya, akan dilanjutkan ke program B40 dan memberikan insentif investasi untuk pengembangan B40 yang menggunakan teknologi baru.
Sedangkan untuk jangka panjang, menurutnya akan dikembangkan green refinery dan pemerintah akan memberikan insentif investasi untuk pengembangan green refinery ini.
"Rencananya akan ada green certificate juga," ujarnya.
Pemerintah juga mendorong kendaraan listrik di mana dalam jangka menengah pemerintah akan memberikan insentif investasi sub komponen battery pack dan dalam jangka panjang akan memberikan insentif investasi pengembangan bus listrik.
Sementara untuk penggunaan BBM jenis solar, dalam jangka pendek menurutnya pemerintah akan melakukan penyesuaian sedikit pada harga retail dan mengurangi atau mencabut subsidi BBM jenis solar. Ini dengan asumsi perekonomian nasional minus 0,4% dan harga minyak masih relatif rendah.
Untuk jangka menengah, akan didorong pembuatan tempat penyimpanan (storage) BBM. Ini dengan asumsi perekonomian tumbuh 5-6% dan harga minyak mulai membaik.
"Untuk jangka panjang direncanakan pengenaan carbon tax untuk mengendalikan konsumsi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 7-8% dan harga minyak sudah normal," tuturnya.
Sumber : cnbcindonesia.com