Petani kelapa sawit mengeluhkan rendahnya harga Tandan Buah Segar (TBS) yang ada di Indonesia. Sementara di negeri tetangga Malaysia, harga sawitnya bagus.
Ketua Umum Pengurus Nasional Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto menjelaskan, rendahnya harga sawit di Tanah Air disebabkan oleh sejumlah faktor.
Selain adanya pihak tertentu yang selalu mengampanyekan bahwa harga sawit Indonesia baik-baik saja, juga petani dipersulit dengan adanya pungutan biodiesel yang dibebankan.
“Kalau tidak ada pungutan biodiesel, harganya akan sama. Karena dengan pungutan 50 dolar AS per ton itu oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDP-KS di dalam PP 24 Nomor 2015, mengurangi harga sawit petani sebesar 125 rupiah per kilogram,” beber Darto dalam keterangannya, Rabu (10/10).
Dia mengatakan, dalam periode 2015-2016 saja, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) menghimpun dana Rp 18,34 triliun, di mana sebesar 89 persen di antaranya untuk subsidi hasil bahan bakar nabati (biofuel).
Darto melanjutkan, harga TBS yang berlaku di Indonesia tentunya tidak selalu sama dengan praktek pembelian di tingkat pabrik.
“Malah cenderung di bawah harga itu. Sementara harga sawit di Malaysia yang diterima petani selalu sama antara ketentuan pemerintah dan praktek di lapangan bagi semua petani pekebun,” terangnya.
Harga TBS yang rendah ini, imbuh dia, bukan karena kampanye hitam yang sering disebutkan orang di Indonesia, yang kemudian ingin menyembunyikan praktek buruk penentuan harga sawit di lapangan bagi petani plasma dan swadaya. Darto mencatat, hingga hari ini, harga sawit petani Indonesia dan Malaysia selalu berbeda.
“Saya mengambil harga sawit dari kedua negara ini di awal bulan Oktober 2018 ini, berbeda,” ujarnya.
Harga TBS di Malaysia dengan rata-rata sebesar 435 ringgit per ton. Kalau dikonversi ke rupiah menjadi sebesar Rp 1.595.486,08 per ton TBS.
Sementara, harga sawit yang diterima oleh petani di Indonesia di awal bulan September kemarin saja, rata-rata sebesar Rp 1.385.87 per kilogram. Dan jika di konversi ke hitungan per ton sama dengan Rp 1.385.870 per ton.
“Jadi harga di petani sawit kita tetap lebih rendah kok. Petani susah terus jadinya,” ujarnya.